Gigs Reports

Halaman Utama Biografi Newsletter Records Mail-Order Distro Gigs Reports Foto-foto Interviews Free MP3's Download Alamat Kontak Buku Tamu



 

BLEEDING THROUGH “The Truth World Tour 2008” Live! @Pantai Carnaval Ancol, Jakarta. Sabtu, 8 Maret 2008.


Bleeding Through (BT), adalah salah satu jajaran band metalcore asal Orange County, California, Amerika Serikat. Memang bisa dibilang BT merupakan transisi metalcore baru yang dibangun Brandan Schieppati (ex-Eighteen Visions), dimana Brandan mencoba mengkombinasikan musik hardcore dengan elemen gothic-metal. Terbukti lewat album ‘This is Love, This is Murderous’ (2002), BT berhasil mencuri atensi para reviewer majalah metal di dunia. Seperti Metalhammer yang memberikan rating 9/10, Revolver memberi poin 5 bintang, dan berbagai acungan jempol para kritisi musik di seluruh dunia. Bahkan, album ini di re-issue (dengan kemasan dobel CD) oleh Roadrunner Records (2005).


Tentunya tur BT ke Indonesia (yang digelar oleh Lian MIPRO ini) masih bagian promo album ‘The Truth’ yang sudah dirilis sejak 2006. Padahal, di Agustus (2008) nanti BT berencana merilis album baru yang akan diberi titel ‘Declaration’, dan masih dibawah bendera pabrik metalcore Trustkill Records. Dengan formasi BT saat ini yang diperkuat oleh: Brandan Schieppati (vokal), Brian Leppke (gitar1), Ryan Wombacher (bass/beking vokal), Derek Youngsma (dram), Marta Peterson (keyboards), & Jona Weinhofen (gitar2).


Namun entah kenapa lokasi konser harus dipindahkan ke Pantai Carnaval Ancol, yang sebelumnya ditempatkan di Hall Basket Senayan. Sebab secara lokasi, emang kurang strategis banget gitu loh buat ditempuh, terlebih lagi buat seorang “street walker” macam saya. Ckckck…:( Udah gitu outdoor pula lagi. Bah! Macam mana… Apa tak tau cuaca di Jakarta dan sekitarnya saat ini sering turun hujan yang bukan pada musimnya. And the report must go on…


Acara mulai berjalan sekitar jam 8 malam. Diawali dua band pembuka, yang pertama dari Killed by Butterfly, band muda “post-hardcore/emo masa kini dengan rambut poni lempar asal Jakarta…fiuh! KBB melantunkan tembang-tembang milik sendiri dari album barunya.


Selanjutnya, kumpulan geng hardcore/metal asal Depok, Paper Gangster. Yo, progres PG kali ini semakin metal dibanding materi sebelumnya yang condong ke 90’s new school HC. Liriknya pun juga peka mengenai kondisi sekitar. Bisa disimak himbauan sang vokalis (yang saya rasa memiliki ukuran pakaian triple XL) mengenai nasib udara yang terpopulasi, jangan buang sampah sembarangan, dan atitut positif lainnya. Good. Yahh…saya juga berharap vokalis PG kali ini tidak akan mati mendadak di atas panggung lagi. Ops!


Next… It is a fukking bomb. For few seconds, Pantai Ancol will be Armageddon, hahaha… Setelah semua personil lengkap di atas panggung, tanpa basa-basi BT langsung menggeber “For Love and Failing” sebagai trek pemanasan. Suasana sekitar pantai dibuat “gerah” dengan suguhan 13 lagu BT (yang dominannya dari album ‘The Truth’, beberapa lagu dari album ‘This is Love, This is Murderous’ dan 1 lagu promo yang akan disertakan dalam album barunya nanti), diantaranya: “Love in Slow Motion”, “Love Lost in a Hale of Gunfire”, “Sweet Vampirous”, “She’s Gone”, “On Wings of Lead”, “The Pain Killer”, “Revenge I Seek”, “Return to Sender”, “Kill to Believe”, dll. Untungnya, album BT sempat jadi playlist kuping saya. Sekiranya saya cukup hafal lah dan nggak perlu banyak tanya soal list lagu seperti jurnalis lain hehehe. :P (emang nggak asik sih, kalo ngeliput tapi kita ngga tau lagunya, apalagi ngga ngerti!? Perannya cenderung penonton pasif doang hiks…hiks…hiks! - red)


Setelah setlist selesai, BT memberi encore 1 lagu cover (yang sebenarnya dulu mereka suka mainkan), yaitu “Mother”-nya Danzig. Di akhir lagu ini sang vokalis Brandan turun panggung lalu mendekati ke perbatasan crowds. Wuuu, pemandangannya akan lebih terlihat memoriable nih hihihi…


Hanya, entah kenapa impresi saya pada konser BT ini tidak banyak berbekas sejak show berlangsung. Applus penonton pun hawanya kurang meriah ruah. Crowds lebih banyak terlihat menjadi penonton pasif (meski dari awal sampai akhir live BT lantai moshpit terisi). Padahal performa BT malam itu cukup powerful dan maksimal. Beats-nya pun sarat mengundang kontak bodi, walaupun ada sedikit singing parts sih...


Terlebih lagi si keyboardis cewek Marta yang disebut-sebut. Yeah, Marta terlihat sangat seksi. Waw! Apalagi geliat ekspresi mimiknya yang binal dan liar…uuugghh!!! Hehehe… Nggak salah kalau doi termasuk “The Hottest Chicks in Metal” versi majalah Revolver. (cuma, kenapa kamu ngga bisa explain ketika saya tanya soal ini, sayang. hehehe…hayo!)


Btw, kalau memang salah satu alasan BT ke Indonesia penasaran dengan cerita crowds underground-nya dari kabar partner-partnernya di luar negri sana, sepertinya harapan itu belum terjadi pada BT. Sebab konser BT tampak tidak seruak seperti konser metal pagelaran MIPRO sebelumnya yang pernah saya tonton. Palingan berkisar 200-300 kepala. Atau mungkin massa BT lebih digandrungi para ABG yang ngga boleh pulang malem dan orang tuanya takut anaknya mati keinjek-injek korban konser underground… Atau, memang bandnya terlalu tipikal kemasa kinian??? Well, mungkin kalian lebih tahu jawabannya… Saya hanya memikirkan bagaimana bisa pulang ketika kendaraan angkutan umum sudah tak ada. :(

- Hardy



INCUBUS “World Tour 2008” Live! @Tennis Indoor Senayan, Jakarta. 5 Maret 2008.


Konser Incubus di Jakarta memang udah lewat, tapi sisa-sisa konser mereka masih tetep ngebekas di ingatan hati penggemarnya. Akhirnya, setelah menunggu bertahun-tahun dan hanya berharap datangnya suatu keajaiban, tanggal 5 Maret 2008 kemarin mimpi itu jadi kenyataaan. Incubus datang nyambangin ibukota Jakarta!


Sedikit menyinggung perubahan formasi anggotanya nih: semenjak ditinggalkan oleh Alex Katunich (a.k.a Dirk Lance), posisi bassist ditunggangi oleh Ben Kenney mulai dari Album ‘A Crow Left of The Murder’ (2006). Hal ini memberikan pengaruh besar pada aliran yang mereka bawain sekarang. Format rock kental yang biasa kita nikmati dari album pertama ‘Fungus Amongus’ (1995) sampai ‘S.C.I.E.N.C.E’ atau ‘Morning View’, tampaknya bergeser ke arah pengeksplorasian effect, nada, tempo dan ketukan yang lebih rumit... Okay, cukup dululah dengan cerita tentang mereka ini. Pan kita mo ngebahas konser mereka kemaren?! ;p


Hujan rintik dan kemacetan sekitar jam 5 sore di daerah Semanggi nggak bikin surut semangat calon penonton konser, yang udah rela ngerogoh kocek 450-550 ribu (itu pun kalo nggak beli dari calo). Lari sedikit dari jadwalnya, venue dibuka kurang sedikit dari jam 06:00 sore (atau jam ane yang ga pas ya? hehehe…- red). Awalnya sih masih sedikit penontonnya, mungkin karena hujan dan macet itu kali ya? Menurut gw pribadi, macet hari itu parah abis…nggak seperti biasanya…sebesar itukah eforia orang-orang untuk nonton konser ini?... hehehehhe….


About stage setting, beda dari jaman waktu masih bareng Dirk Lance. Sekarang, posisi Pasillas ada di belakang agak ke sebelah kiri stage. Posisinya sih emang masih sama dengan stylenya yang dulu, hanya aja sekarang ngadap ke kanan stage (jadinya ekspresi muka Jose jarang keliatan deh kalo lagi main di hi-hat. red). Di seberangnya, ada Killmore dengan peranti digital yang menuhin DJ booth. Posisi Mike yang dulunya di sebelah kiri depan stage, sekarang di sebelah kanan stage dan yang pasti dengan jejeran effect yang lebih bejibun dari yang dia pake jaman dulu, dan posisi lamanya diisi oleh Ben Kenney, sang bassist yang malam itu pake celana pendek ngatung dan tentunya tetep pake topi. Sedang Mr.Boyd, tetep hanya dengan tiang mic dan mic yang selalu di lakban (tapi sekarang lakbannya pakai yang “glow in the dar”k euy…gaya tea pan!).


Yang lumayan bikin gw terkagum-kagum adalah lightingnya. Mungkin buat nutupin background yang sepi ga ada apa-apa kali yaah (atau emang seperti itu konsepnya?). Lighting yang main selama mereka show off, cukup bikin penonton kebawa dalam emosi setiap lagu.


Jam 08 malam, jadwal Boyd cs. muncul di stage. But, as usual… masih ada yang seliweran di stage sibuk ngatur ini dan itu… Sekitar 15-20 menit lewat dari jadwal, akhirnya nongol juga mereka… Gemuruh suara penonton menyambut kemunculan mereka. Seperti ga mau basa-basi, lagu pertama langsung digeber: “Quicksand”. Mulai tuh berasa goyangan dari kiri dan kanan… tapi masih kekontrol sih. Setelah lagu pertama selesai, Boyd masih ga mau nyapa penonton. Jreng…. lagu kedua melantun… sedikit lebih keras… “Kiss To Send Us Off”… Penonton mulai nyanyi tuh ngikutin Boyd… Boyd muncul make flannel, jeans dan sepatu yang lumayan belel.


Setelah tembang dari ‘Light Grenades’ dan ‘A Crow left of The Murders’ barusan dah lewat, dua tembang berikutnya dari ‘Morning View’… “Nice to Know You” seolah menyapa penggemar mereka di Tennis Indoor Senayan. Dan Boyd seakan berharap kehadiran penggemar yang belum datang dengan “Wish You Were Here”…


Selanjutnya “Anna-Molly”, “Vitamin”, “Favorite Things” dan “The Warmth” ngejar penonton yang makin menggila… kepanasan, keringatan, dorong-dorongan dan sedikit caci maki terdengar dan terlihat di antara penonton kelas Festival… Lucunya, “fans Asli” yang “just listening” akhirnya kelihatan ketika mereka bawain “Vitamin” dan “The Warmth”… Hanya segelintir penonton yang tahu dua lagu itu tersebut… (gw termasuk yang ikutan nyanyi donk… ampe suara gw ancurrrrr.. hehehe! - red)


Waktu “Drive” dimainin, ada sedikit perbedaan … yang pasti, Mike mainin lagu itu dengan electric-guitar. Intro panjang yang kaya suara geledek dari Pasillas di “Are You In” yang dimainin setelahnya, ga ada, langsung dipotong oleh rouffle dan langsung masuk lagu… Disusul oleh “Pistola” dari album ‘A Crow Left of The Murder’. Solo yang seharusnya hanya diisi oleh jemari Mike, di lagu ini dimulai ama Boyd, Pasillas and Kenney yang dengan seenak udel mereka mengacak komposisi yang udah ada (dengan permainan yang apik pula tentunya guys…)


Abis dibawa bergila ria, penonton diajak dikit nyantai dulu dengan “Talkshows on Mute” oleh anak-anak asal California itu. Jangan salah, suasana kalem langsung hilang lagi ketika ‘”Sick Sad Little World” ngegasak sound-system yang ada (walau emang banyak penonton yang agak kecewa dengan kualitas sound system yang disediakan oleh panitia).


Haaaaahhhhhh … satu kata … emang gilaaaaaa!!!! Ditambah lagi ketika mereka smakin maenin emosi manusia-manusia di pelataran festival Tennis Indoor Senayan malam itu dengan sang pamungkasnya ‘ACLOTM’… “Megalomaniac”… lengkap dah letih audience malam itu, dicampur dengan bau keringat dan pegel yang serasa menjadi satu kebanggaan bagi mereka. Brandon CS Mohon diri…


Whats!!!! … ahaaa … biasa, resting time and tarik napas bentar … tapi ternyata ada isu bahwa sebenernya Ben berniat untuk menyudahi panggung mereka saat itu juga… tapi karena di minta lagi ma Mas Adrie, mereka bersedia nerusin encore yang mang udah disiapin …


Jadilah … sekali lagi penonton ditarik buat teriak bareng ketika “Stellar” dan “Circle” didengungkan ketelinga mereka … An#$^g!!! … “MASIH ADA TENAGA” mungkin itu yang disugestiin penonton pada tubuh mereka saat itu, coz sebenernya gw pikir tenaga mereka dah tinggal buat nopang badan mereka buat bediri … fiuuuhhh ….dan seperti yang udah ditebak ma beberapa fans mereka, sang pamungkas pada malam itu adalah suara pipa Mike yang akhirnya di close dengan menghilang personil satu persatu ke belakang stage… - Caax


 

 

 

BJORK “The <Volta> 2008 World Tour” Live!@ Tennis Indoor Senayan, Jakarta. 12 Februari 2008.

Senang sekali rasanya bisa nonton konser Bjork, ecletic genius female singer-musician asal Islandia yang inspirasional dan berpengaruh, terlebih lagi kalau konsernya diadakan di Jakarta! Man, katalog album full-length Bjork milik saya komplit, kecuali album ‘Volta’ (padahal khan Bjork manggung di Indonesia untuk mempromosikan album teranyarnya!? Hehe... - ed), tapi saya juga sudah mendengar single-single-nya kok, jadi sudah memiliki sedikit gambaran akan lansekap musik dari album tersebut. Menurut saya, album ‘Volta’ konsepnya art-nya lebih ke middle-age kingdom, yang musiknya lebih bernuansakan: Break-Beat, Hard-Break, IDM, Drum n’ Bass, Tribal & World-Drums. Bjork tampil di Jakarta, Indonesia setelah sebelumnya tur selama lima hari di Australia dan satu hari di New Zealand (lima harinya tampil di festival Big Day Out 2008 di Gold Coast, Melbourne, Adelaide, Perth & New Zealand).

Show dimulai pukul 9 malam, setelah ngaret sejam dari jam yang ditentukan, yakni pukul 8 malam. Dekorasi set-panggung yang disiapkan penuh dengan bendera a la kerajaan Cina (sesuai dengan tema album Volta yang bernuansakan kerajaan era abad pertengahan). Setelah intro diputar, maka berlarianlah ke panggung sekelompok anak-anak kisaran umur belasan tahun, memakai kostum a la pengawal istana Cina kuno! Ternyata mereka semua adalah Choir-section (grup vokal latar) yang juga bertugas sebagai Horn-Section! (grup alat musik tiup: terompet dkk.). Setelah itu, barulah masuk Bjork dengan berlari kecil di panggung, penonton pun heboh! Bjork sendiri berdandan dengan menggunakan kostum a la Cina berwarna merah yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa, serta make-up “aneh” yang selalu menjadi ciri-khasnya. Selain choir/horn-section, pemain musik pendukung yang ada di panggung, yakni ada: satu orang drummer, satu orang pemain piano, dua pemain keyboard yang juga merangkap sebagai programmer; memakai komputer dengan layar sentuh berukuran besar (sumpah, canggih banget! Baru pertama kali saya lihat alat musik digital seperti itu! –ed).

Bjork aslinya is so fukkin’ cute! Ya, Bjork paras wajahnya memang “baby-face” banget! Masih terlihat cantik dan imut! Gaya menarinya di panggung pun bak seorang anak kecil, berlarian kesana-kemari dengan goyangan khas anak kecil yang sedang asyik bermain! Dia juga tidak begitu komunikatif di panggung. Mungkin juga dia kalau di panggung adalah tipikal “musisi autis” (ket: asyik sendiri di panggung tanpa memperdulikan penonton). Palingan dia hanya mengucapkan “thank you” di setiap akhir lagu. Dan suaranya pun mirip anak kecil ketika sedang berbicara biasa. Apalagi dengan bahasa Inggris aksen Islandia yang kaku itu! Oh, lucunya... Hihihi...

Untuk show-nya yang pertama kali di Indonesia ini Bjork memang memanjakan para fans-nya dengan lagu-lagu hit macam: “All is Full Of Love”, “Hunter”, “Joga”, “Pagan Poetry” (untuk lagu ini saya lebih suka versi trance-nya, yang merupakan host-remix dari seorang DJ club asal Perancis sana. – ed), “Bachelorette”, “Hidden Place”, “Army of Me” (lagu paling rockin’ dari Bjork yang bernuansa industrial / shock-rock), “Hyperballad” (yang di akhir lagunya, difill-in dengan beat-beat house/rave yang menjadikan lagu ini semakin danceable dan permainan efek sinar laser yang tentunya membuat sebagian penonton yang dari kalangan clubbers girang bukan main!), “Pleasure Is All Mine”, “Desired Constelation“ (lagu sedih yang membuat saya merinding ketika mendengarkannya! –ed) dari album ‘Medulla’, sisanya adalah lagu-lagu baru dari album ‘Volta’ seperti lagu “Wanderlust”, dll. Sayang, lagu-lagu favorit saya macam “Atom” & “Who Is It?” tidak dimainkan, huhu!... Bjork memainkan set kira satu jam, belasan lagu, dan diakhiri dengan encore dua lagu. Dan para penonton selalu singalong di setiap lagu-lagunya!

Tentunya ini bagi saya merupakan sebuah pengalaman baru, menonton konser Bjork; salah satu musisi “penting” yang berpengaruh di era tahun 90-an sampai sekarang... Ditunggu artis-artis dedengkot musik trip-hop / electronic lainnya macam: Massive Attack, Lamb, Portishead, Thievery Corporation, Goldfrapp, dll untuk datang dan melakukan show di Indonesia. Ngarep! Hahaha... – Dede

Catatan:

Bjork sudah merilis sembilan buah album, antara lain: ‘Debut’ (1993), ‘Post’ (1995), ‘Homogenic’ (1997), ‘Selma Songs’ (original soundtrack dari film Dancer in The Dark | 2000), ‘Vespertine’ (2001), ‘Greatest Hits’ (kompilasi hit-singel | 2002), ‘Medulla’ (2004), ‘Drawing Restraint 9’ (original soundtrack dari film Jepang dengan judul yang sama | 2005) & ‘Volta’ (2007). Puluhan Single, Remix-single maupun EP juga pernah dirilis oleh dia. Belum lagi DVD & Box-set. Tidak lupa, rekaman-rekaman Bootleg dari para fans. Selain itu sebelum bersolo karir, Bjork juga pernah tergabung di sebuah band new-wave, post-punk, jangle-pop, indie-rock yang bernama The Sugarcubes sebagai vokalis. Masih asal Islandia juga, yang eksis di periode akhir tahun 80-an sampai awal 90-an dan sempat merilis tiga buah album studio sebelum akhirnya bubar.

THE BLACK DAHLIA MURDER 'Nocturnal World Tour 2007' Sabtu, 3 November 2007. Hall Basket A, Senayan, Jakarta

Yes, malam minggu tanggal 3 November 2007 kemarin terasa begitu menyenangkan. Bukan hanya karena kota Jakarta kedatangan band death-metal keren asal Michigan, USA, The Black Dahlia Murder, tapi juga karena saya berjumpa lagi dengan teman-teman lama saya! Ya, setiap saya menonton konser rock yang skala besar pasti bertemu dengan teman-teman lama! Heheh... Yahui! (ket: ucapan kaum Yahudi ketika merasa senang)

Saya sampai di rumah sore hari, (sebelumnya saya berangkat dari Bandung di siang harinya). Setelah sempat istirahat sebentar di rumah, malamnya langsung saya bersama teman-teman saya berangkat menuju ke bilangan Senayan. Sesampainya disana terlihat banyak sekali calon penonton sudah menyelimuti areal gedung pertunjukan (all includes cute chicks too... Hehehe...)

Show di jadwalnya dimulai pukul 9 malam, yang akhirnya molor sampai jam 10 malam. Setelah saya masuk ke gedung pertunjukan, terlihat beberapa paras ganteng & cantik yang biasa berseliweran di layar kaca infotainment lokal kita (dibaca: selebritas). Well, rock tidak mengenal kasta bos...

Pertunjukan dibuka oleh Purgatory, (yang mana di konser Suffocation & Napalm Death kemarin, mereka juga jadi opening act-nya). Band nu-metal dengan turntable. Entah kenapa saya tidak pernah jatuh cinta kepada band ini... Sound live-nya selalu buruk & stage act-nya juga berlebihan! Jangan salah, saya juga merupakan fans berat musik-musik nu metal/modern-metal lho! Tapi Purgatory memang butut sih... Jadi maaf yach, ini hanya opini pribadi saya loh... Hehe...

Band opening kedua, Deadsquad, yang notabene adalah terdiri dari local scene rock all-star. Ditambah dengan hadirnya gadis super sexy & talented, Prisa sebagai gitaris! Ya, Prisa yang jadi guest di albumnya J-Rock itu loh! Hehehe... Oh iya, Prisa juga pernah muncul sebagai guest vocal di EP pertamanya Seringai. Sayangnya, sound live mereka juga buruk! Saya sih tidak terlalu memperhatikan band ini... hanya melihat ke arah Priska saja! Mungkin sama seperti 5000 penonton batangan lainnya di Senayan pada malam itu! Hahaha...

Band opening terakhir... Burgerkill! Nampaknya para penonton sudah tidak sabar untuk segera melihat performance dari band asal Bandung ini. Begitu mereka menggeber lagu pertama, penonton pun langsung menggila! Sound yang keluar juga bagus! Mereka memainkan lagu-lagu dari album 'Beyond Coma and Despair' (2005) & 'Berkarat' (2003). Moshing, headbanging, & crowd-surfing pun semakin liar! Sempat juga terjadi kesalahan teknis; sound di panggung mati! Dan ini terjadi selama kurang lebih 45 menit! (wax! -ed). Setelah semuanya beres, Burgerkill kembali membawakan dua lagu terakhir, yakni lagu "Atur Aku" (Puppen cover) & "Sakit Jiwa" yang diambil dari album pertama mereka 'Dua Sisi' (2000) sebagai lagu pamungkas.

Akhirnya... Yang dinanti-nanti The Black Dahlia Murder tampil! Setelah sebelumnya mereka cek sound sebentar. Tanpa basa-basi lagu-lagu death-metal super ngebut pun langsung digeber oleh mereka! TBDM banyak memainkan lagu-lagu dari album 'Nocturnal' (2007) dan juga beberapa lagu dari album 'Unhallowed' (2005). Yang membuat saya kagum adalah permainan drum dari sang drummer yang "sakit"! Bayangkan saja, dari belasan lagu yang mereka mainkan, khan rata-rata adalah lagu-lagu super ngebut tuh (dimainkan dengan ketukan "hyperblast" atau ketukan 1/32 -ed). Dan pukulan drumnya masih tetap konstan! Parah! Hehehe... Setelah mereka menyelesaikan set-nya, saya beserta teman-teman segera keluar gedung pertunjukan dan hangout di luar gedung pertunjukan untuk beberapa waktu. Eh, tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul setengah dua malam! Maka kami pun memutuskan untuk segera mencari makan! Laper!... -Dede

 

 

SUFFOCATION “Infecting Indonesia Tour 2007” live!@ Pantai Festival Ancol, Jakarta (12/08/2007)

Buat mereka yang dibesarkan oleh kultur metal (khususnya di scene death metal -red), tentu sudah tahu dengan band death metal legendaris yang satu ini, yakni Suffocation. Apalagi secara musikalitas mereka sudah dianggap “kiblat” umat death metal. Bahkan, sudah banyak band (lokal atau seluruh dunia) yang mencoba menjadi plagiatornya. So, buat hamba-hamba death metal, berbahagialah…karena “tuhan” telah datang!...

Sepertinya promotor Mipro ingin “membayar” kekecewaan para metalheads atas gagalnya tur Suffocation di awal Februari 2007 kemarin. Yang disebabkan terjadinya bencana alam berupa hujan yang berlebihan dan mengakibatkan banjir yang melanda wilayah Jabodetabek dan sekitarnya. (Termasuk rumah saya salah satu korbannya.-red) Akhirnya, Gelora Bung Karno Senayan yang merupakan lokasi awal konser, dijadikan tempat pengungsian warga yang tertimpa banjir. Yahh, habis mau gimana lagi…namanya juga musibah. Siapa yang mau disalahkan?!

Puji metal, saya bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk menyaksikan shownya Frank Mullen cs. yang sudah eksis sejak 1990. (meski beberapa tahun lalu mereka sempat dikabarkan bubar.) Tapi Suffocation tetap solid sampai saat ini, dengan formasi paling gres, yakni: Frank Mullen (vocals), Terrance Hobbs (guitar), Mike Smith (drums), Guy Marchais (guitar), & Derek Boyer (bass).

Sedangkan konsep acaranya sendiri tetap tidak berubah. Band-band pembukanya masih seperti yang dijanjikan, yaitu: Tengkorak (Jakarta), Purgatory (Jakarta), Panic Disorder (Jakarta), Jasad (Bandung), dan Kumal (Medan). Bah! Yang berubah itu malah harga tiketnya yang naik! (pre-sale: Rp 125.000,- / d-day: Rp 150.000,-). Mungkin karena tur Suffocation ke sini memang khusus untuk metalheads Indonesia. Bukan “nebeng” saat tur Australia seperti kemarin. Lokasi konsernya juga dialihkan ke Pantai Festival Ancol (yang mana di tempat ini pula lah Napalm Death menggelar konser pertamanya di Indonesia di tahun 2005 kemarin). Acara dimulai jam 17.15 WIB oleh band-band pembuka yang sudah disebutkan tadi. Diawali dengan band brutal-death metal Panic Disorder. Setelah itu break maghrib. Kemudian dilanjutkan gerombolan asal Bandung, Jasad. Buat saya, ini satu-satunya band yang paling representatif sebagai opening. Karena musik Jasad tipikal US brutal death, yang sound-nya terpengaruh oleh Suffocation.

Selanjutnya band hardcore-metal asal Medan, Kumal yang beraksi dengan pesan-pesan politikal. Bahkan, bila kamu lihat logo band ini terdapat wajah Che Guevarra. Hahaha!... Kemudian Purgatory, sebuah band nu-metal yang menggunakan turntable. Seluruh personilnya mengenakan topeng dan corpse painting, plus kostum hitam-hitam yang terlihat lebih mirip style black metal. Tapi jangan salah, justru Purgatory membawakan tema-tema agamais. Whattha....?! Buktinya, sebelum manggung band ini memutar sampling khotbah reliji dari terjemahan ayat-ayat Al-Qur’an (woy, ente mau ngaji apa ngeband sih?! –red).

Setelah itu break sejenak sekitar 15 menit. Ohh shit, ternyata masih ada 1 band pembuka lagi. Sebenarnya kalau diskip juga ngga apa-apa, saya ngga rugi. :P Apalagi saya sudah nonton live mereka sejak saya masih SMP. Yah, kamu bisa tebak, siapa lagi kalau bukan band grindcore, Tengkorak. Banyak rumor prejudis kalau band ini bisa jadi opening Suffocation karena vokalisnya itu ada hubungan “saudara” dengan pemilik EO-nya (wah, nepotisme juga nih! ketahuan yaa!... red)

Jujur, buat saya pribadi band-band pembuka itu sedikit “mengganggu”. Entah merasa kebanyakan, atau euforia saya yang sudah tidak sabar untuk meyaksikan kekejaman Suffocation. Lagipula tidak banyak hal-hal menarik untuk diceritakan dari openingnya. Begitu pun antusias para penonton serasa adem ayem aja. Sekalinya ada cuma moshing kecil-kecilan. Mungkin penonton juga beranggapan sama seperti saya. Atau mungkin, penonton sengaja menyimpan tenaga untuk melampiaskan kegilaan saat moshing bersama dewa-dewa death metal itu. :)

Akhirnya penghujung acara tiba pada jam 8 malam lewat. Satu-persatu para personil Suffo mulai menginjak arena konser. Sambil prepare equipment, Frank sebagai vokalis menyambut hangat para penonton dan sedikit berbasa-basi. Ada hal yang membuat saya tersenyum dan cukup iri melihatnya, ketika Terrance Hobbs memakai t-shirt band brutal death asal Yogyakarta, Death Vomit! Hahaha...

Saat hentakan dimulai, crowd langsung menggila! Ternyata benar ekspetasi saya, kalau penonton dari tadi emang simpan tenaga. Dan liputan selebihnya, biarkan tubuh saya turut serta dalam kerumunan moshpit dengan gila! (maaf nih pembaca, kebiasaan saya kalau ngeliput ngga pengen sekedar datang, liput, foto-foto, atau spektator doang! -red) Rasanya kurang lengkap deh kalau tidak tergabung di lingkaran pit. Hell yeah! J

Yang jelas saya hanya bisa menganga kagum ketika memperhatikan talenta masing-masing personil Suffo. Skills mereka memang benar-benar luar biasa. Saya cuma bisa bilang “eddaaann, ini band…sinting!!!”. Hanya itu kata yang tepat untuk merepresentasikannya. Pokoknya, saya ngga nyesel deh nonton hahaha…

Tidak tertinggal gaya khas manggung Frank yang mengangkat satu telapak tangan ke atas dan menggerak-gerakannya seperti memberi salam. Atau kalau kamu pernah lihat klipnya “Surgery of Impalement”, ya seperti itu deh. (tapi buat saya malah mirip wayang golek deh hahaha!... -red) Lebih dari 60 menit Suffocation memprovokasi penonton menjadi liar. Mencekoki crowds lewat hits anyarnya maupun yang lawas, seperti: “Abomination Reborn”, “Bind Torture Kill”, “Souls to Deny”, “Surgery of Impalement”, “Funeral Inception”, “Pierced From Within”, “Catatonia”, dll… Lupa lah aing, pokoknya semuanya menggila. Bahkan saat Frank memberi wanti-wanti dua lagu sebelum selesai, massa mengeluh. Namun Frank mengucapkan kata-kata bijak, bahwa segala sesuatu itu pasti akan berakhir. Oohhh…

Tapi setelah selesai, tetap saja penonton tambeng dan bersorak agar Suffocation memainkan lagu lagi. Akhirnya Suffocation mengabulkan permintaan kami dengan menambah performace satu lagu lagi untuk memaksimalkan orgasme kebrutalan show malam itu. Poolll!!!... – Hardy

Ps: untuk foto-fotonya bisa kalian lihat di menu “Foto-foto”. Selamat menikmati!...

Credits:

Hardy adalah seorang scenester HC/punk/metal lokal yang masih aktif sampai sekarang. Sempat aktif di beberapa band HC/punk lokal. Dia juga menerbitkan fanzine HC/punk/metal yang bernama Rebelioussickness (terbit dari tahun 2000 sampai sekarang!). Beliau juga menjalankan usaha sebuah D.I.Y record label yang bernama Ibuku Diperkosa Records (yang sudah merilis beberapa album rekaman HC/punk/metal lokal maupun internasional). Sekarang Hardy bekerja di bagian layout untuk salah satu koran politik asal ibu kota Jakarta.

Kontak doi di : 0856 800 5156 (Hardy)

Reporter & photographer: Hardy


DEFTONES “Saturday Night Wrist: Canadian tour 2007” live! @Commodore Ballroom, Vancouver, BC (10/07/07)

Damn! Deftones memulai urutan tournya di Kanada, dan kota Vancouver merupakan kota yang paling lama dikunjungi oleh mereka (tiga hari untuk perform). Yeah, hari itu setelah saya pulang kerja, langsung menuju Commodore Ballroom, tempat show tersebut akan digelar. Saat saya sampai ke venue, antrian sudah terlihat memenuhi koridor, hingga pintu dibuka jam 8 PM. At last, pintu dibuka jam 8.20 PM, semua berlari untuk mendapatkan tempat yang pas dan alhasil saya kebagian pas di depan panggung. Saya berdiri dekat dengan barikade besi yang jaraknya kira-kira hanya satu meter dari panggung.

Konser ini dibuka oleh Die Mannequin (selanjutnya disingkat DM –ed), band alternative rock/sleaze rock dari Toronto, Kanada. DM langsung membuka dengan lagu “Near the End”, salah satu single hits mereka dari EP yang baru mereka rilis, yakni ‘How To Kill’ (2007). Semangat penonton pun langsung memuncak saat lagu tersebut dimainkan dan moshpit pun menggila, hahaha!.... Tanpa basa-basi mereka menggeber lagu “Auntum Cannibalist” dan “Fatherpunk”. Ada 1 lagu (yang saya lupa judulnya) Care F. (sang vokalis wanita) pun turun ke penonton dan bermain gitar di antara penonton, langsung saja penonton mengelilingi dia. DM hanya memainkan 6/7 lagu. Setelah mereka selesai, saya sempat bertemu dengan Care F. dan Tony (bassist) dari DM hanya untuk sekedar menyapa (saat perubahan setting alat-alat untuk band berikutnya). Mereka komentar bangga bahwa ada orang Indonesia yang datang kesini.

DM turun, nah gantian From First To Last (selanjutnya disingkat FFTL –ed), band post-hardcore/emo-core yang unjuk gigi. Saat menseting alat-alat, terlihat ornamen hiasan dari FFTL, yang dibuat untuk menarik perhatian penonton. Band dari Los Angeles, California ini langsung membuka dengan lagu “Secret Don’t Makes Friends” dan setelah itu mereka memainkan single mereka yang membuat naik daun, yakni “Note to Self”. Wah, penonton terlihat berbeda dengan penampilan DM sebelumnya. FFTL memainkan kira-kira 8 lagu dan mereka selalu merubah line-up saat memainkan lagu-lagu mereka. Terkejut juga saya saat melihat Travis (vocal & guitar) sempat jatuh dari panggung karena penampilannya terlalu bersemangat!

Setelah FFTL turun, para kru sibuk melakukan perubahan panggung dan akhirnya peralatan Deftones dibuka (drum-set dan turntable-set). Saat saya melihat ke belakang (bangga karena saya bisa dapat tempat di depan panggung ), terlihat penonton yang sudah memenuhi areal konser, dan para penonton berteriak-teriak memanggil Deftones. Para kru menyiapkan standing floor untuk Chino Moreno (buat “scream style”-nya Chino; screaming sambil membungkuk) yang khusus mereka bawa buat tour-nya Deftones. Suasana semakin memanas meskipun kru sedang menyiapkan peralatan, dan akhirnya lampu mulai redup dan sampel-sampel suara dari synthesizer menyayat telinga! Yeah Deftones keluar dan damn! Mereka langsung menggeber lagu “My Own Summer (Shove It)” dan tata cahaya yang jor-joran (kurang lebih seperti dalam video-klip lagu mereka yang berjudul “Minerva”) dan wahhh...penonton singalong (on “Shove It!” part). Dan yeah, moshpit pun mulai bergerak liar. As usual, Chino kadang-kadang juga memainkan gitar untuk lagu-lagu yang kinda soft. Mereka memainkan 20 lagu (maksimal banget nggak tuh?) di mana ada break tiga lagu (encore) sebelum berakhirnya show. Di saat penampilan, Chino tidak banyak komentar dan hanya berkata “thank you”. Stephen Carpenter (gitaris), Chi-Cheng (bassist), Abe Cunningham (drummer) & DJ Frank (turntablist) pun tidak kalah cool-nya dengan Chino.

After the break, Deftones langsung membawakan tiga buah lagu encore, yakni: “Back to School”, “Change (House of Flies)” & “7 Words”. Wah, saat-saat itu adalah saat di mana keseluruhan acara memuncak dari Deftones, penonton, maupun tata cahaya. Para bouncer/security-pun tidak henti-hentinya membantu para penonton yang melakukan crowd-surfing/diving.....(hehehe, its your job guys). Tepat pukul 1.15 AM show berakhir dan penonton pun beriringan keluar gedung. Gila, saya lelah sekali! (ketiban & terdorong oleh para tough guy yang berbadan besar ketika mereka melakukan crowd-surfing/diving...hahaha). Dan ketika saya keluar, masih sempat bertemu dengan Care F. dan Tony dari Die Mannequin, dan Tony mengajak saya untuk datang keesokan harinya ke show yang sama (masuk sebagai guest-list mereka). Dan saat menunggu bus saya melihat Chino, Chi, Stephen dan Frank menuju bus tournya dan saya segera menghampiri mereka dan sempat berbincang-bincang (sayang tidak bisa lama-lama, karena para kru sudah membatasi waktu saya). Saya ingat ketika DJ Frank dan Chi berkata: “Terima kasih sekali kamu sudah datang jauh-jauh dari Indonesia hanya untuk melihat penampilan kami.” “Oh ya, kita akan berusaha untuk tour ke Asia...” Hopefully guys!Agung

Credits:

Agung adalah staff yang bekerja di kantor perwakilan Konsul Jenderal Republik Indonesia di Kanada. Selain itu dia juga adalah seorang musisi rock. Dulunya dia adalah drummer dari beberapa band hardcore/punk asal Jakarta, antara lain: Boycott dan Only One. Sekarang dia sedang sibuk dengan proyek musik terbarunya, yakni sebuah grup/band yang bernama 2Gether.

SODOM ”Australia & Far East Tour 2007” live! @GOR Bulungan, Jakarta (18/06/07)

Tanggal 18 Juni kemarin, kota Jakarta kedatangan Sodom, salah satu legenda trash-metal asal Jerman. Band ini sudah eksis sejak awal 80-an dan juga satu angkatan dengan pionir-pionir trash-metal lainnya macam: Metallica & Slayer. Konser ini bertajuk Sodom ”Australia & Far East Tour 2007”. Konser di Jakarta ini merupakan rangkaian dari tur dunia mereka, dalam rangka promo untuk album self-titled mereka (entah sudah album yang keberapa? –ed) yang dirilis tahun 2006 kemarin. Album tersebut juga merupakan 25th anniversary dari karir mereka. Sebenarnya saya juga bukan fans berat dari mereka sih... Satu-satunya rilisan mereka yang saya miliki hanyalah sebuah kaset butut album ‘Agent Orange’ rilisan Steamhammer tahun 1989! Dan karena band ini adalah salah satu band metal legendaris, maka sudah merupakan “kewajiban” bagi saya, sebagai seorang “metalhead sejati” untuk menontonnya! Hehehe…

Konser ini diorganisir oleh Mipro, sebuah event organizer yang memfokuskan diri untuk musik-musik metal/rock. Sebagai catatan, event organizer ini sebelumnya juga pernah meng-organize show dari Napalm Death pada tahun 2005 dan juga Kreator pada 2006. Saya berangkat langsung dari Bandung siangnya. Sesudah bus yang saya tumpangi sampai di terminal Lebak Bulus, Jakarta, langsung saya menuju ke bilangan Blok-M, tempat gig tersebut digelar, yakni di GOR Bulungan. Sesampainya di venue, terlihat banyak sekali metalheads berkumpul. Gondrong-gondrong, berbaju hitam, & seram-seram banget! Sejenak saya menjadi agak takut! (secara gw adalah anak new-wave geetoo! He3x!). Setelah makan malam sebentar, langsung saya masuk ke gedung pertunjukan.

Satu hal yang patut disesali adalah ketika saya masuk ke venue, salah satu band pembuka baru menyelesaikan set-nya, yakni Noxa! Yup, saya datang terlambat. Jadi tidak bisa menonton penampilan band grindcore asal Jakarta yang baru merilis album keduanya itu deh! Karena seperti tertera di poster acara; pertunjukan dimulai pukul 7 WIB. Pertunjukan gelaran Mipro kali ini rupanya tidak seramai seperti show Napalm Death & Kreator kemarin. Mungkin hanya sekitar 1000 penonton yang hadir. Areal mosh-pit memang penuh, tapi di areal tribun terlihat banyak sekali bangku yang kosong. OK, langsung ke band kedua, Negation, band asal Malaysia. Band ini memainkan musik death-metal dengan pengaruh kental musik punk-rock. A little bit raw. Vokalisnya lucu banget! Mungkin karena logat Melayu mereka yang kental. Oh iya, vokalis mereka juga komunikatif! Tapi sayang nggak nyambung, karena kebanyakan penonton hanya meledek logat Melayu mereka yang lucu itu! Hahaha… Saya juga ikut meledek mereka loh! (but just for funsake).

Setelah Negation turun, giliran Mortus, band trash-metal lawas asal Jakarta yang sudah eksis sejak awal 90-an. Mereka memainkan musik trash-metal yang nostaljik. Lengkap dengan paradigma metal-metal jaman dulu (sok serem-sereman dan beberapa stage-act ala rocker-rocker jadul. He3x!). Yeah, ketika saya menonton penampilan Mortus, bak melakukan perjalanan flash-back dengan mesin waktu! Supaya kalian tahu saja; wardrobe yang mereka kenakan yaitu: T-shirt hitam tanpa lengan, celana jeans Levi’s ketat katung, sepatu Nike Air high-top era 90-an! Lengkap dengan rambut ikal yang gondrong! Oh, it’s so 90’s metal! Aksi panggung dari vokalisnya yang flamboyan tersebut juga lumayan keren (atau lucu lebih tepatnya? :p), mirip dengan Robert Plant dari Led Zeppelin! Sayang saja sound performance mereka buruk. Sucks!

Mortus turun, gilirannya Suckerhead untuk tampil! Ya, sudah lama saya tidak menyaksikan band pahlawan metal asal Jakarta ini tampil live! Secara bergiliran para personilnya naik ke pentas, juga sang frontman yang menjadi salah satu ikon musik underground metal di Indonesia, yakni Khrisna/bassist & vokalist. Gayanya cool banget! Anjrot… Tanpa banyak basa-basi mereka langsung menggebrak panggung dengan musik mereka! Growl-nya Khrisna keren abiz! Berat, dalam, becek, tapi tetap bernada! Para penonton di areal mosh-pit pun semakin panas untuk melakukan slam-dance, headbanging & crowd-surfing mengikuti alunan musik trash-metal dari Suckerhead yang heavy, groovy & rockin’! Untuk band pembuka (sound serta aksi panggung). Sucker Head-lah yang pantas menjadi juara! Ya iyalah, secara band ini juga band veteran! Set-list Suckerhead malam itu diakhiri dengan mengcover lagu “Neraka Jahanam” milik Duo Kribo. Semua penonton pun kontan bersingalong-ria, keren!

Akhirnya, yang ditunggu-tunggu…Sodom! Sebelumnya mereka sound-check terlebih dahulu, dan mereka melakukannya di panggung! (jadi ketahuan deh, kalau mereka belum sound-check sebelumnya!). Apa mungkin mereka terlalu letih untuk melakukannya? (sekedar catatan: di siang harinya mereka sibuk diinterview oleh salah satu stasiun televisi lokal Jakarta dan juga melakukan press-conference. Lalu malam sebelumnya mereka juga baru melakukan show di Bangkok, Thailand.). Setelah kurang lebih dua puluh menit melakukan sound-check, akhirnya naiklah ke atas pentas: trio Tom “Angelripper” /vokalis & bassist, Chris “Witchhunter” /gitaris, & Frank “Blackfire” /drums. Di antara mereka bertiga mungkin hanya Tom yang terlihat muda (mengingat kalau rata-rata mereka sudah berusia 40 tahun). Raungan musik trash-metal pun langsung membahana seisi GOR Bulungan! Moshing, slam-dance, & headbanging dari penonton juga semakin menggila! Sodom membawakan sekitar 14 Lagu. Tom sebagai vokalis nampaknya kurang komunikatif, hanya Chris saja yang terlihat ekspresif dan fun! Tembang-tembang andalan mereka dari album era tahun 1982-2006 digeber! Di antara lagu-lagu tersebut yang saya kenali hanya “Remember the Fallen” & “Agent Orange” saja! Hahaha!... Setelah set-list selesai, mereka langsung turun panggung. Dan para penonton meminta encore dengan teriakan-teriakan klasik, “we want more!...” berkali-kali. Dan akhirnya Sodom naik ke panggung lagi. Mereka memainkan sekitar empat lagu tambahan, termasuk cover-version lagu “Aces of Spades” milik Motorhead! Cihuy! Setelah semuanya selesai, MC berkata bahwa Mipro bakal menggelar show Suffocation, NYC death-metal god tanggal 12 Agustus 2007 nanti di Plaza Barat Gelora Bung Karno, Jakarta & juga show dari The Black Dahlia Murder di penghujung tahun 2007 nanti. So, all you metalheads, should prepare for it. Hail!... - Dede